Kamis, 04 Februari 2010

Syukur

Nangis saya gara-gara luka di kaki yang sangat celekit-celekit rasanya, seperti digigit, padahal luka itu kecil.
akhirnya saya memutuskan menyalakan komputer dan menjalankan internet agar sakitnya cepat pergi dan tidak terlalu terasa mengganggu.

yupp..benarr lupa deh dengan sakitnya, (*gak ampe nangis lah paling gak!).

Lalu waktu makan malam tiba, ibu saya sudah memulai duluan untuk makan, lalu saya dipanggil untuk menyusul makan, tapi saya masih asik bermain internet, tak terasa makanan ibu saya sudah habis dan saya masih asik main internet, "monn,,,ayoo cepet makan!"ujar ibu saya "bentar mahh!", lalu saya jadi ingin manja ke ibu saya dengan meminta di suapi,hahaha,,,sekali-kali boleh lahh!!

Lalu ketika ibu saya menyuapkan nasi dengan tangannya, ke mulut saya yang menganga lebar, beliau teringat sesuatu.
"anaknya teman mamah, ada yang makannya gini(*mencontohkan gaya makan yang sangat ribet seperti ada sesuatu di lidahnya), gara-gara kanker lidah, minum pake sedotan aja gak bisa, pokoknya susah harus diangkat dulu gelasnya baru dialirkan air ke mulutnya. mendengar itu seketika saya berucap syukur "alhamdulillah" saya masih bisa makan dan minum dengan enak.

saya pun teringat kata-kata tante (*teman kecil mamah yang masih sering bertemu ketika silaturahmi lebaran) ketika mentraktir kami sekeluarga makan ketika kami berkunjung, "ayoo,,,anak-anak makannya dihabiskan yah!!", sebenarnya dalam hati adik saya dan saya gak begitu suka dengan makanannya, sehingga agak berat dengan omongan tadi, tapi melihat tante kami berkata itu, kami jadi bertekad harus menghabiskannya tak sampai hati rasanya kami tidak menghabiskan makanan tersebut karena takut membuat sedih tante kami itu.

Lalu beliau pun berujar "kata mertua saya dulu, kalau makan harus habis, biar kalau ada makanan tetap bisa makan.
orang yang gak suka menghabiskan makanan, ketika banyak makanan dia gak bisa makan".

Maksud dari gak bisa makan tersebut adalah penyakitan A.k.A punya penyakit yang gak boleh makan inii,,makan itu,, jangan banyak makan ini,, nanti bisa begini,,bisa begitu.

Benar tau tidak nasehat itu, tidak saya pikirkan, entah kenapa nasehat itu cukup masuk dalam hati saya.

saya matre??

Boleh gak boleh,,saya anggap boleh aja yah..
Suka gak suka,,terserah deh..

Hmm,,
Matre,,
Berawal dari saya menjadi bendahara saat kuliah,,
Lalu jualan pulsa sebagai tambahan uang saku,,
Lalu menjadi bendahara lagi di suatu lembaga,,
Lalu sering menagih hutang kepada konsumen pulsa saya,,
Lalu suka mengetahui barang-barang diskon ada dimana,,
Lalu jadi jualan salah satu produk kosmetik yang ada katalognya untuk lagi2 tambah2 duit,,hahaha,,
Suka nyari2 barang murah,,
Dan berbagai macam kegiatan perduitan lainnya..

Yah,,banyak sekali yang bilang saya matre,,
Ya debt collector lah (darimana cobaa..????)akakakkkk,,,emangnya saya tukang kredit,
Tukang kredit..(yg nyuruh ngutang sapaa,,lagian tukang kredit kan pinjemin duid ,,terus udahnya suruh bayar lebihh..see?? saya tidak berlaku seperti ituu,,,)
dibilang kaya ibu-ibu lah suka mikir ekonomi ,,
Ahh pedut (*peduli teuink= bodo amat) deh!
Percaya lah kawan suatu saat nanti ketika kalian dewasa dan mempunyai keluarga kalian akan seperti itu,,,kita liat nanti.(makanya dibilang kaya ibu2,,ya gapapa deh,,berarti pikiran saya lebih maju,,hahha)

Lalu,, saya dibilang matre lagii,,karena saya juga memikirkan jika sedang ngobrol-ngobrol dengan kawan-kawan tentang pernikahan(*maklum uda masuk masa intimasi nih umurnya,,uda peralihan dari remaja ke dewasa awal..haha sok berteori saya ), pasti ketika saya mengungkapkan bahwa ingin mempunyai suami yang of, course sayang ke saya, bertanggung jawab ,tidak malas, dan jelas pekerjaannya, pribadi2nya, dan lain sebagainya.
Terserah orang mau bilang apa, yang jelas seidealis apapun anda saya tidak akan terpengaruh, saya merasakan sendiri yang namanya memmpunyai ayah yang tidak memiliki pekerjaan, ketika saya akan mengisi riwayat hidup atau data untuk sekolah (SD, SMP, bahkan SMA) saya dilanda kebingungan ketika mengisi pekerjaan ayah, tak hanya saya tapi juga adik saya, beban moral bagi kami melihat anak-anak lain dengan entengnya menulis pekerjaan ayah mereka, kami ingin sekali mencantumkan ibu kami karena beliaulah yang selama ini menopang keuangan keluarga, namun di riwayat hidup sekolah selalu hanya ayah yang ditanya, bebann sekali,,maluu,,masa nulis pengangguran, apa kata yang baca nanti.
Alhasil kami selalu menulis pekerjaan terakhir ayah kami (sangat lampau ,yang sudah tidak dikerjakan beliau lagi), tapi berlanjut pada pendapatan,,di atas bisa manipulasi,,nah ,,yang ini,,ah sudahlah jujur saja, kami isi dengan strip.
Bisa dibayangkan anak kecil yang sedang mengisi riwayat hidup merasa malu akan data yang di isinya, silahkan pikirkan. Kecil sepertinya, tapi itu benar-benar beban, pada waktu SMA saya mencoba jujur untuk tidak mencantumkan pekerjaan ayah, toh ayah dan ibu saya sudah berpisah , saya kira orang-orang akan berpikir bahwa saya sudah tidak tahu menahu lagi pekerjaan ayah karena tidak bertemu. Eh..tetep aja ada rasa tidak PD. Terserah nonsense atau tidak masuk di akal alasannya, tapi it’s really happen !!
Sejak kecil saya sudah terbiasa untuk tidak hambur listrik, air, dan lain-lain karena ibu bilang, itu semua mahal, jadi harus irit.
Saya melihat jungkir-balik ibu saya yang saya paham karena kesibukannya itulah p;erhatiannya juga jadi terbatas, see?? Coba kalo ayah juga bekerja, mungkin anak-anak juga lebih mendapatkan perhatian yang optimal karena ibu gak usah terlalu pusing cari penghasilan, walaupun bekerja tapi gak segitunya banget, pikirannya agak tenang ,karena bukan sangat perlu sekali penghasilan yang ia dapat sehingga pekerjaan adalah kesenangan atau pengisi waktu luang, gak terlalu mendesak.
Tapi beda keadaannya jika penghasilan merupakan wajib agar anak-anak bisa makan, suka gak suka sama pekerjaannya harus dijalani agar dapur tetep ngebul, kalo kata ibu saya “bakat kubutuh” gara-gara sangat butuh, bukan karena senang, hobi, dan alasan senang lainnya.
Saya kalo jadi suaminya, pengen sekali istri saya gak sepusing dan seberat itu bebannya , dikira anak juga gak ngerasa? Kerasa tau, makanya jadi ada pikiran2 diatas tadi.
Terserah orang bilang saya matre saya hanya realistis, saya uda ngerasain , saya mau kehidupan yang lebih baik.
Toh kalo matre itu Cuma bisa minta kan? Saya juga nyari kok penghidupan yang lebih baik dengan usaha-usaha yang saya lakukan, apakah itu matre?? .