Minggu, 20 Desember 2009

ANOREKSIA DAN BULIMIA




ANOREKSIA DAN BULIMIA

Anoreksia dan Bulimia adalah gangguan pola makan pada manusia, biasanya terjadi pada wanita dan biasanya wanita kelas menengah ke atas, seperti model, wanita karir, dan lain sebagainya. Sekitar 95% penderita Anoreksia adalah perempuan. Tak mengherankan, soalnya jika dikaitkan dengan isu kecantikan, para perempuan lebih gampang ‘diintimidasi’ termasuk gambaran tentang tubuh ideal (super kurus) agar bisa disebut ‘cantik’, walaupun identifikasi cantik itu bias budaya, namun yang terbanyak beranggapan sama. Maka dari itu mereka menganggap dengan mempunyai badan gemuk membuat mereka tidak menarik, tak sehat serta tidak diinginkan lingkungan.
Gangguan pola makan ini berdasarkan motif atau dorongan untuk mencapai sesuatu dan sesuatu itu kurus, para penderita beranggapan jika mereka tidak mempunyai timbunan lemak di tubuhnya mereka akan lebih cantik, menarik dan diakui keberadaannya.
Sebenarnya mereka bukan hanya menginginkan kurus semata, namun tujuan utamanya adalah Self Exteem atau ingin dihargai dan diakui , mengapa mereka ingin dihargai? Karena mereka sudah memenuhi kebutuhan- kebutuhan diri mereka. Menurut Abraham Maslow setiap individu memiliki hierarki atau tingkatan kebutuhan dan tingkatan kebutuhan itu dibagi menjadi tingkatan- tingkatan yang dibentuk seperti piramida, piramida tingkatan yang dimulai dari kebutuhan mendasar dan akan berlanjut ke tahap berikutnya jika kebutuhan sebelumnya terpenuhi.












Seperti piramida dimulai dari pemuasan kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum. Setiap individu memerlukan asupan makanan dan minuman ke dalam tubuhnya jika tidak individu tersebut akan mencari dan berusaha mendapatkannya, tidak peduli tentang keamanannya, orang- orang menganggapnya buruk, tidak diakui, bahkan tujuan hidup yang ia inginkan sebenarnya. Seperti pengemis yang meminta- minta dijalan, ia tidak peduli keamanannya ketika ia tidur di pinggir jalan, ia tidak peduli orang akan mencemoohnya, ia juga tidak peduli kalau orang-orang akan menjauhinya, bahkan tujuan hidupnya pun adalah “yang penting bisa makan”.

Lalu, tahap pemuasan kedua setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka individu membutuhkan rasa aman atau safety dalam hidupnya agar ia tidak cemas paling tidak meminimalisir kecemasannya. Maka dari itu setiap individu memerlukan tempat tinggal untuk berlindung dari hujan dan panas, tujuannya tak lain adalah pemenuhan kebutuhan akan rasa aman.
Tahap pemuasan kebutuhan ketiga yaitu belonging atau ingin menjadi bagian dalam kelompok, manusia yang Relatedness and Unity ‘The need to join with other love beings, to be part of something, to belong…’. (Fromm 1955, 1968, 1973) , yang ingin bebas namun juga memerlukan individu lainnya.
Tahap pemuasan keempat adalah self exteem atau ingin dihargai, setelah fisiologis, keamanan, dan terakui dalam kelompok terpenuhi, maka individu ingin memenuhi diri dengan penghargaan dari individu lainnya. Seperti Anoreksia dan Bulimia ini para model bahkan Lady Di (bulimia), tidak mau seluruh mata berpaling darinya.
Tahap terakhir adalah aktualisasi diri, tahap dimana seorang individu mendedikasikan dirinya kepada titik kehidupan dimana tahapan- tahapan sebelumnya tak lagi penting baginya.

Maka dari itu alasan mengapa juga penderita Anoreksia dan Bulimia itu kebanyakan adalah kalangan menengah ke atas, karena mereka sudah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya dan keamanannya, mereka kini memikirkan bagaimana selain memenuhi kebutuhan untuk betul- betul diri mereka, tapi juga diri mereka dengan orang lain, dengan mereka menjadi kurus, merekaa beranggapan mereka akan lebih menarik, dan itu berarti mereka dihargai dan diakui keberadaannya.

Anoreksia merupakan salah satu gangguan makan (eating disorder), gangguan makan yang umumnya ditemui pada wanita nama lengkap penyakit ini Anorexia Nervosa. Anoreksianervosa diambil dari gabungan perkataan Greek (Anerektos) dan latin (Nervosa) yang artinya tiada selera. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan. Gejala kelainan anoreksia ini bisa dilihat pada penderita, dimana penderita tersebut menjadi sangat teliti dan kompulsif dengan standar tinggi untuk berprestasi dan sukses. Gejala umumnya yaitu depresi,
kepercayaan diri yang rendah, penampilan yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan, dan kekurangan nutrisi, rentan terkena osteoporosis karena asupan kalsium yang rendah. Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan penderita Bulimia, karena pada penderita Anoreksia biasanya mereka yang dari tahapan kebutuhan Belonging pun mereka tidak mendapatkannya, mereka yang merasa kurang berarti, tidak mendapat perhatian dari lingkungan.
Indikasi awal dari kecenderungan terjadinya kelainan ini adalah meningkatnya perhatian terhadap makanan dan berat badan, bahkan pada penderita yang sebelumnya sudah kurus. Keasyikan dan kecemasan mengenai berat badan semakin meningkat, sejalan dengan semakin kurusnya badan penderita. Pengobatan penyakit Anoreksia ini cukup sulit karena mereka beranggapan tak ada yang salah dalam diri mereka. Untuk pengidap yang terindikasi kurang dari enam bulan, tak perlu dirawat secara khusus di rumah sakit, hanya butuh perhatian, kasih sayang serta perawatan dari keluarga maupun rekan terdekat.
Jika penderita Anoreksia mati-matian untuk menahan rasa lapar dan berupaya sekeras mungkin untuk tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar sehingga bisa tahan ‘hidup’ hanya dengan makan dengan porsi super mini, maka tidak demikian halnya dengan Bulimia.

Bulimia Nervosa berasal perkataan latin (Bous Limos Nervosa) yaitu lapar dan juga gangguan emosi makan dengan cara memuntahkan kembali makanan yang baru saja dimakan. Tidak berbeda dengan Anoreksia, Bulimia pun memiliki masalah dengan berat badan. Hanya saja penderita bulimia makan banyak makanan, lalu memasukkan jari ke dalam kerongkongan untuk memuntahkan kembali makanannya, atau dengan menggunakan obat pencahar karena merasa bersalah telah makan makanan tersebut.
Orang yang menderita bulimia sangat malu jika 'ketahuan' memakan banyak makanan. Biasanya penderita bulimia takut mengecewakan orang-orang yang mereka cintai dalam lingkungan mereka. Kemarahan mereka terhadap pandangan lingkungan pada dirinya tertahan karena ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi secara lazim. Para penderita bulimia tidak terpaku kepada masalah berat badan, tapi cenderung kepada bentuk tubuh. Mereka bisa mempertahankan berat badan mereka, karena makanan yang dikonsumsi akan dimuntahkan kembali. Ada beberapa gejala orang yang menderita Bulimia, seperti perubahan berat badan yang kadang naik kadang turun (fluktuatif), adanya keinginan untuk makan, penggunaan obat pencahar yang berlebihan, depresi.
Ciri-ciri awal pengidap Bulimia bermula dangan berdiet dan bersenam secara berlebihan, makan banyak tapi selalu memuntahkan kembali atau mengonsumsi obat diuretik untuk memuntahkan kembali semua makanan. Akibat kebiasaan memuntahkan kembali makanan yang telah disantap penderita Bulimia mempunyai beberapa masalah kesehatan, seperti terjadinya luka pada dinding perut, radang pada usus buntu, denyut jantung tidak teratur, kerusakan pada ginjal karena rendahnya asupan posatium, rusaknya email gigi karena terciptanya produksi asam yang berlebihan ketika muntah, pengikisan gigi, infeksi gusi, dan masalah pencernaan. Penderita bulimia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka sukai, agar kebutuhannya terpenuhi juga agar menutupi diet ketat mereka, agar mereka tidak dianggap aneh karena tidak makan, namun mereka akan mengeluarkannya dengan memasukkan jari mereka ke kerongkongan agar makanan di perut naik kembali lalu dibuang, agar berat badan tetap terjaga, cara termudah menurut mereka, karena mereka tidak kelaparan namun tidak gemuk. Dapat dibayangkan jika seseorang terus menerus memuntahkan makanan yang mereka konsumsi, darimana mereka mendapatkan kalori untuk beraktivitas. Tubuhpun menjadi lemas, sulit untuk berpikir dan akhirnya tidak ada lagi energi yang dapat digunakan untuk mempertahankan dirinya.
Kedua kelainan di atas sekilas hampir sama. Namun, apa yang membedakan antara keduanya ialah pada Anoreksia individu yang menahan masuknya makanan, sementara Bulimia terjadi kepada individu yang mempunyai nafsu makan, tapi memuntahkan kembali secara diam-diam. Kebanyakan penderita Bulimia adalah peralihan dari Anoreksia.
Pada dasarnya, tujuan akhir dari penderita Bulimia dan Anoreksia adalah ingin mempertahankan bentuk tubuhnya selangsing (sekurus) mungkin namun cara mereka yang berbeda. Gangguan Anoreksia Nervosa merupakan merupakan contoh yang amat khas dimana
gangguan pada sistem tubuh dipengaruhi oleh adanya faktor psikis. Penderita gangguan ini mempunyai faktor pendukung yang merintangi adaptasi yang cepat dan efisien serta menghasilkan sikap bertahan terhadap sensasi tubuhnya, selain itu mereka akan sulit bertoleransi terhadap sesuatu. Penderita Anoreksia Nervosa mengalami kemunduran atau bahkan terhentinya perkembangan kepribadian sejak fase oral (Sigmund Freud’s). Hal tersebut antara lain tercermin dari kegagalan integrasi sensasi tubuh yang normal sebagai akibat trauma psikologis yang dialaminya pada masa kanak-kanak. Penderitanya memiliki dorongan spontan untuk menurunkan berat badan dan kehendak paksa untuk menjadi kurus walaupun sensasi lapar tidak hilang. Anoreksia Nervosa dapat dipandang sebagai reaksi pertahanan terhadap penekanan ego, yang dapat menyebabkan perasaan tak berdaya pada tuntutan kenyataan. Penolakan makanan yang dilakukan oleh penderita Anoreksia Nervosa biasanya dengan cara membuang makanannya, menyembunyikannya ataupun memuntahkannya dengan sengaja, yaitu dengan cara mengorek kerongkongannya dengan jarinya setelah makan (walaupun mereka makan sedikit). Mereka akan melakukan semua cara-cara yang dapat mempengaruhi pengurangan makan. Mereka akan menahan nafsu makan mereka secara berlebihan, bahkan mereka sangat menghafal

kalori setiap makanan yang akan mereka makan, dan lama-lama mereka akan menghilangkan semua makanan dalam menu makan mereka, Mereka makan dengan mengatur posisi makan terlebih dulu, itu semua dilakukan untuk mengulur waktu dan seiring penguluran waktu itu mereka kenyang, mereka memakan makanan ‘aman’ seperti salad atau makanan yang tidak ada kalori apalagi lemak, maka dari itu dengan mengatur posisi makan juga akan mengesankan makanan terlihat banyak, mereka terbayang akan kalori yang akan membuat mereka gendut, sehingga mereka mencapai tahap ‘mentalitas kelaparan’ , mereka tidak mau memasukkan makanan kedalam mulutnya, walaupun mulut mereka sebetulnya bisa menerima makanan namun perut mereka menolak, terlalu banyak baginya, tidak lain itu karena pola yang sudah ia buat dalam dirinya, mereka disiplin dalam berdiet tak boleh melenceng sedikit pun sehingga itu yang membuatnya berbeda dari orang lain, tak sadar daerah lambung mereka mengecil sehingga ketika dipaksa untuk memasukkan makanan itu sangatlah susah, sampai-sampai pada penderita Anoreksia akut, mereka menerima asupan gizi untuk pemulihan dengan selang makanan yang dialirkan langsung ke perut mereka karena mulut mereka tidak mau menerima. Karena apabila mereka dipaksa makan banyak, mereka merasa perut mereka melar dan itu berarti akan membuat gemuk, padahal itu hal yang wajar ketika makan, lambung akan mengembang karena menampung makanan dan setelah itu baru dicerna dan dialirkan ke usus untuk penyerapan zat- zat yang berguna, dan tidak akan terasa melar lagi.
Nasehat dari orang-orang disekitarnya untuk memperbaiki kondisi yang dialaminya seakan-akan didengar dan dan dituruti walaupun sebenarnya tidak pernah dilaksanakannya. Penderitanya akan berbohong dan secara cerdik mereka akan mengelabui orang disekitarnya. Penderitanya akan tampak aktif bergerak (memaksa diri), berpakaian tebal agar terlihat gemuk, dan akan berhias untuk menutupi wajahnya yang pucat. Walaupun tubuhnya sudah sedemikian kurusnya mereka akan selalu merasa dirinya terlalu gemuk.Gangguan yang timbul pada penderitanya antara lain berupa kurusnya tubuh (emasiasi), tidak mengalami menstruasi (amenorea) dan gangguan pencernaan. Gangguan emasiasi tahap pertama biasanya timbul sampai penderita menurunkan berat badan 20%-40%. Selanjutnya bahkan hingga dapat tinggal tulang berbalut kulit saja, kulit akan kering dan tidak elastis lagi. Sangat kurangnya makanan yang dikonsumsi yang berakibat rendahnya asupan zat gizi akan berakibat terganggunya metabolisme tubuh. Gangguan tersebut juga menyerang sistem reproduksi dimana penderitanya tidak akan mengalami siklus menstruasi (amenorea). Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kalori dalam makanan sehari-hari. Gangguan saluran pencernaan terlihat pada lidah yang kotor, perasaan pahit di mulut, menurunnya motilitas (pergerakan) usus (timbul sebagai perut kembung, dan konstipasi). Denyut nadi lambat serta tekanan darah yang menurun. Gejala penyerta lainnya antara lain rambut yang kering, kuku yang rapuh, tidak tahan terhadap dingin karena lapisan lemak yang sangat tipis, dan keadaan tubuh yang bertambah lemah.
Baik penderita Anoreksia maupun Bulimia sama-sama kehilangan pikiran jernih karena tidak adanya asupan gizi yang cukup untuk tubuh terutama otak mereka, sehingga mereka tidak bisa berpikir jernih, mereka tidak bisa berkonsentrasi, hanya terfokus pada satu hal yaitu kurus, tubuh mereka bukan tidak mengizinkan otak mereka berpikir jernih namun tubuh mereka tak bisa mengelaknya, karena sistem dalam tubuh akan berjalan dengan baik apabila diberi asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Mereka bahkan sudah tidak kuat dengan membaca, terlalu pusing untuk berpikir banyak.
Para penderita Bulimia dan Anoreksia lama kelamaan akan mengalami pelemahan jantung seiring pelemahan denyut nadi tubuhnya, dan kebanyakan mereka yang tidak puas- puas membuat tubuh mereka lebih dan lebih kurus lagi dengan berolahraga berlebihan padahal jantung dan organ lain dalam tubuhnya lemah, dan itulah yang sering menyebabkan kematian.

Penderita juga merasa seperti semakin banyaknya orang yang memperhatikan mereka, seiring semakin kurusnya mereka, mereka menganggap semakin mereka kurus, semakin menariklah mereka di mata orang lain, padahal orang lain mengamati keanehan pada mereka, seperti tulang rusuk yang menonjol, paha yang sangat kecil, bahkan tulang pipi menonjol yang sangat menyeramkan.
Bulimia dapat diikuti dengan terjadinya Anoreksia, demikian pula sebaliknya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola makan seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari teman sebaya, dan lain-lain.
Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal penyembuhan Anoreksia dan Bulimia. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan tempat penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan, kadang-kadang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan vitamin dan mineral bagi penderita.
Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa hasil, satu-satunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk diopname, terutama bagi penderita Anoreksia. Itu dilakukan jika berat badan penderita menurun hingga 25% dari berat normal atau jika organ-organ vital dalam tubuh mengalami cedera.
Ingatlah bahwa pola makan sehat adalah cara hidup yang terbaik. Jangan biarkan diri kita di bawah tekanan sosial atau teman sebaya. Satu lagi yang terpenting, tetaplah percaya diri sebab baik atau buruknya diri kita tidak semata-mata ditentukan oleh seberapa kurus atau gemuknya tubuh kita. SEMANGAATTTTT!!!!