Suka gak suka,,terserah deh..
Hmm,,
Matre,,
Berawal dari saya menjadi bendahara saat kuliah,,
Lalu jualan pulsa sebagai tambahan uang saku,,
Lalu menjadi bendahara lagi di suatu lembaga,,
Lalu sering menagih hutang kepada konsumen pulsa saya,,
Lalu suka mengetahui barang-barang diskon ada dimana,,
Lalu jadi jualan salah satu produk kosmetik yang ada katalognya untuk lagi2 tambah2 duit,,hahaha,,
Suka nyari2 barang murah,,
Dan berbagai macam kegiatan perduitan lainnya..
Yah,,banyak sekali yang bilang saya matre,,
Ya debt collector lah (darimana cobaa..????)akakakkkk,,,emangnya saya tukang kredit,
Tukang kredit..(yg nyuruh ngutang sapaa,,lagian tukang kredit kan pinjemin duid ,,terus udahnya suruh bayar lebihh..see?? saya tidak berlaku seperti ituu,,,)
dibilang kaya ibu-ibu lah suka mikir ekonomi ,,
Ahh pedut (*peduli teuink= bodo amat) deh!
Percaya lah kawan suatu saat nanti ketika kalian dewasa dan mempunyai keluarga kalian akan seperti itu,,,kita liat nanti.(makanya dibilang kaya ibu2,,ya gapapa deh,,berarti pikiran saya lebih maju,,hahha)
Lalu,, saya dibilang matre lagii,,karena saya juga memikirkan jika sedang ngobrol-ngobrol dengan kawan-kawan tentang pernikahan(*maklum uda masuk masa intimasi nih umurnya,,uda peralihan dari remaja ke dewasa awal..haha sok berteori saya ), pasti ketika saya mengungkapkan bahwa ingin mempunyai suami yang of, course sayang ke saya, bertanggung jawab ,tidak malas, dan jelas pekerjaannya, pribadi2nya, dan lain sebagainya.
Terserah orang mau bilang apa, yang jelas seidealis apapun anda saya tidak akan terpengaruh, saya merasakan sendiri yang namanya memmpunyai ayah yang tidak memiliki pekerjaan, ketika saya akan mengisi riwayat hidup atau data untuk sekolah (SD, SMP, bahkan SMA) saya dilanda kebingungan ketika mengisi pekerjaan ayah, tak hanya saya tapi juga adik saya, beban moral bagi kami melihat anak-anak lain dengan entengnya menulis pekerjaan ayah mereka, kami ingin sekali mencantumkan ibu kami karena beliaulah yang selama ini menopang keuangan keluarga, namun di riwayat hidup sekolah selalu hanya ayah yang ditanya, bebann sekali,,maluu,,masa nulis pengangguran, apa kata yang baca nanti.
Alhasil kami selalu menulis pekerjaan terakhir ayah kami (sangat lampau ,yang sudah tidak dikerjakan beliau lagi), tapi berlanjut pada pendapatan,,di atas bisa manipulasi,,nah ,,yang ini,,ah sudahlah jujur saja, kami isi dengan strip.
Bisa dibayangkan anak kecil yang sedang mengisi riwayat hidup merasa malu akan data yang di isinya, silahkan pikirkan. Kecil sepertinya, tapi itu benar-benar beban, pada waktu SMA saya mencoba jujur untuk tidak mencantumkan pekerjaan ayah, toh ayah dan ibu saya sudah berpisah , saya kira orang-orang akan berpikir bahwa saya sudah tidak tahu menahu lagi pekerjaan ayah karena tidak bertemu. Eh..tetep aja ada rasa tidak PD. Terserah nonsense atau tidak masuk di akal alasannya, tapi it’s really happen !!
Sejak kecil saya sudah terbiasa untuk tidak hambur listrik, air, dan lain-lain karena ibu bilang, itu semua mahal, jadi harus irit.
Saya melihat jungkir-balik ibu saya yang saya paham karena kesibukannya itulah p;erhatiannya juga jadi terbatas, see?? Coba kalo ayah juga bekerja, mungkin anak-anak juga lebih mendapatkan perhatian yang optimal karena ibu gak usah terlalu pusing cari penghasilan, walaupun bekerja tapi gak segitunya banget, pikirannya agak tenang ,karena bukan sangat perlu sekali penghasilan yang ia dapat sehingga pekerjaan adalah kesenangan atau pengisi waktu luang, gak terlalu mendesak.
Tapi beda keadaannya jika penghasilan merupakan wajib agar anak-anak bisa makan, suka gak suka sama pekerjaannya harus dijalani agar dapur tetep ngebul, kalo kata ibu saya “bakat kubutuh” gara-gara sangat butuh, bukan karena senang, hobi, dan alasan senang lainnya.
Saya kalo jadi suaminya, pengen sekali istri saya gak sepusing dan seberat itu bebannya , dikira anak juga gak ngerasa? Kerasa tau, makanya jadi ada pikiran2 diatas tadi.
Terserah orang bilang saya matre saya hanya realistis, saya uda ngerasain , saya mau kehidupan yang lebih baik.
Toh kalo matre itu Cuma bisa minta kan? Saya juga nyari kok penghidupan yang lebih baik dengan usaha-usaha yang saya lakukan, apakah itu matre?? .
hmm. sudah sewajarnya sih. material world otomatis bikin kita jadi matre (dlm artian berfikir materi, bkn mata duitan yah ;p)
BalasHapusbtw, iseng2 blogwalking nih, jgn lupa kunjungin blog saya yah hhe
udah liat,,baru saTU postnya,,nti ja kalo uda banyak,,hho
BalasHapushyahaha oke deh. exchange link yu da bageur :D
BalasHapusitu chatboxnya kenapa gitu?